Eksistensi Al-Azhar Mesir dan Peran Mahmūd Syaltūt Sebagai Lokomotif Pembaharu

Abstract

Artikel ini memotret dinamika yang terjadi di Al-Azhar Mesir, khususunya peran ulama dalam gerakan modernisasi di tubuh Al-Azhar. Salah satu ulama yang sangat fenomenal sebagai lokomotif pembaharuan di Al-Azhar adalah Grand Syaikh Al-Azhar Dr. Mahmūd Syaltūt  (1958-1963). Tulisan ini juga mengkaji hubungan antara Al-Azhar dengan rezim khususnya rezim as-Sisi yang berkuasa saat ini. Perbedaan nalar politik antara ulama Al-Azhar dengan organisasi Ikhwanul Muslimin (IM) dalam merespon kudeta militer tahun 2013 juga diulas dalam artikel. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka (library research) dengan referensi dari buku, jurnal, sumber-sumber otoritatif dari internet dan analisis sejarah Al-Azhar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Al-Azhar mengalami transformasi dari faham Syiah Ismailiyah oleh dinasti Fatimiyah menjadi faham Sunni oleh dinasti Ayyubiyah. Syaikh Mahmūd Syaltūt  adalah game changer dalam gerakan rekonsiliasi, dan moderisasi Al-Azhar. Di antara kebijakan strategisnya adalah membangun lembaga Majma’ al-Buhūts al Islāmiyah sebagai pusat riset intelektual Al-Azhar. Hubungan antara ulama Al-Azhar dan penguasa di Mesir mengalami pasang surut. Keberadaan Al-Azhar di Mesir sangat krusial untuk melanggengkan kekuasaan karena dijadikan sebagai simbol bagi penguatan ideologi penguasa. Tetapi di sisi lain, pengaruh Al-Azhar yang begitu besar dengan nalar kritis para ulamanya menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan bagi rezim; karena dianggap dapat mengganggu stabilitas negara.